Baking and Cooking with Love (BCL) Komunitas Kuliner Berbasis Edukasi, Tingkatkan Rasa Percaya Diri Wirausaha Muda!
Serunya ibu-ibu muda berbaju serba merah yg tergabung di
komunitas BCL (Baking and Cooking with Love) sabtu (05/09) sore itu
terlihat berkumpul di foodcourt Bengawan Solo Coffeeshop, Kalibata City.
Mereka mengadakan kopdar untuk pertama kalinya dalam seminar
kewirausahaan "Homeoreneur serta membangun Jiwa Wirausaha yang bijak
dalam berinvestasi". Sebagai pembicara hadir pada acara tersebut Bapak
Silih Agung Wasesa, CEO Asia PR, Rum Martini trainer consultant dan
Maria Dewi financial consultant. Mereka berbagi ilmu tenang wirausaha
secara tuntas dalam seminar setengah hari ini yang pada akhirnya
diharapkan bisa muncul hal positif dalam membangun komunitas BCL.
Nah apa itu BCL? BCL merupakan komunitas berbasis kemampuan menulis
dan tayang di sosial media. Mereka mengenalkan olahan dan resep untuk
mewujudkan kemampuan berwirausaha. Pendiri komunitas BCL, Fransisca
Yunisha yang biasa dipanggil SIsca mengatakan "Diskusi ini diadakan
untuk memberikan pengetahuan kepada peserta komunitas dimana sebagian
dari mereka masih dalam taraf belajar bisnis maupun sebatas hobi di
dapur. Dengan seminar ini diharapkan peserta mempunya kemampuan merintis
usaha dengan modal kecil atau skala rumahan serta lebih berani
mengekspose hasil olahannya menjadi bisnis yang menguntungkan."
Lebih
lanjut Sisca menambahkan ,"Hadirnya komunitas BCL mampu menjadi wadah
untuk para pemula yang awalnya pemalu dan tidak percaya diri menjadi
lebih berani. Dengan bergabungnya mereka dikomunitas ini makin
membesarkan rasa percaya diri mereka untuk tampil. Kami selalu
memberikan dukungan penuh kepada semua member dengan memberikan
pelatihan maupun diskusi untuk terus mengasah kemampuan mereka yang
terpendam. Hal ini sesuai dengan hastag #karenapemulasayapeduli#
#komunitasberbasiedukasi#
BCL pada kesempatan tersebut memperkenalkan member yang berhasil
membuat bisnis rumahannya menjadi bisnis yang menjanjikan salah satunya,
Dwi Jati Estriyana yang menekuni bisnis kue kering. Seperti Soes Kering
dan cheese stick sejak tahun 2006 dengan merek dagang Dapur Kue Anna.
Sempat terhenti dalam bisnis ini karena kendala minyak tanah yang sudah
langka.
Akhirnya Anna mencoba mengolah dengan
BBG. Namun berakhir dengan olahan yang gosong. Tahun 2012 dia kembali
berkiprah di bisnis kue kering dan semakin terkenal dengan Soes Kering
yang rencah dengan rasa keju. Selanjutnya Elly Widianingsih dengan Pawon
Media terkenal dengan klapertaart dengan cita rasa yang luar biasa.
Elly telah menekuni hobby baking dan cooking dan memulai bisnis sejak
2010. Saat peak season seperti hari Raya ia mampu meraup angka dua puluh
hingga tiga puluh juta dan hari biasa sekitar lima jutaan. Lain halnya
dengan Frederika, olahan nasibakar dengan merek Renathas Kitchen yang
ditekuni sejak tahun 2008, telah banyak memberikan penghasilan sampingan
selain dari yang didapatnya sebagai karyawati di perusahaan swasta.
Ada pula member yang memulai usaha dengan "the power of kepepet" saat ekonomi keluarga jatuh. Dia adalah Ophiuchus Imelda yang kebetulan bersama suaminya sama-sama hoby memasak akhirnya memutuskan untuk bisnis kuliner pada tahun 2019. Lahirlah kue Amris dan Sosis Solo yang menjadi langganan disaat rapat wakil rakyat di DPR/MPR. Mengusung merek dagang Joglo Kitchen, dan produk sambel andalannya: Sambel Jahanam, Imelda berhasil membeli rumah dari hasil bisnis makanannya tersebut.
Gendis
Homemade, merupakan merek dagang member BCL Shinta Kumalasari. Produk
olahan cake, babento berupa nasi yang dibentuk beragam karakter serta
kombinasi laukpauk yg unik da sehat menarik pelanggan terutama anak yang
mengalami susah makan menjadi mudah. Selain itu Shinta juga membuat
penyedap rasa organik/alami tanpa MSG yg juga mendapat respon positif
oleh teman-teman di Facebook, dan mulai menjualnya secara by order
pertengahan 2015.
Ophelia Damayanti mengusung
merek Harmoni Kitchen untuk aneka kue bolu gulung yang telah ditekuninya
sejak tiga tahun lalu. Dan terakhir adalah cerita dari Christiana
Widyaningrum yang populer dengan nama panggilan Ana ini, mengolah bakso
sehat dan nuget dengan merek Jeung Anas Culinnary.
Beberapa nama member BCL diatas adalah cerita sukses yang telah menekuni
bisnis sejak lama. Namun ada juga para pelaku bisnis pemula lainnya
seperti Cecilia Rinda Indriani, seorang ibu rumah tangga yang menekuni
bisnis kuliner baru dua bulan ini, tetapi pemesanan bika ambonnya dengan
merek Dapoer Allea mampu menjual hingga 400 loyang tiap bulannya. Ia
bekerja hanya dibantu oleh satu orang asisten, dan kadang-kadang
suaminya turut terjun membantu. BCL pemula lainnya adalah Hanna Kristi
dengan hasil olahan Prol tape baru mulai menekuni usahanya selama
sembilan bulan. Ia hanya menitipkan ke toko kue namun mampu mendapatkan
penghasilan sekitar dua hingga dua setengah juta.
BCL berdiri pada 6 Maret 2015. Kesamaan dalam dunia memasak dan kuliner
membuat komunitas BCL mempu menjangkau para pemula yang hobi memasak dan
membuat kue. Komunitas ini terbentuk berawal dari group WA yang
akhirnya dengan kesepakatan bersama membuat skala besar menjadi group FB
dengan nama Baking And Cooking With Love yang hingga september 2015
sudah mempunyai member 12.290 dari seluruh Indonesia. Komunitas BCL
didirikan oleh Fransisca Yunisha lulusan Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga pada tahun 1993 dari Fakultas Sumber Daya Manusia.
Sisca juga mendapatkan sertifikasi dari bidang kehumasan Univestitas
Interstudi Jakarta.(heri/rileksmedia)
http://rileksmedia.com/index.php/didyouknow/artikel/20150912133702/Baking-and-Cooking-with-Love-BCL-Komunitas-Kuliner-Berbasis-Edukasi-Tingkatkan-Rasa-Percaya-Diri-Wirausaha-Muda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar